Sunday, March 6, 2016

Angkutan Online, Solusi Baru Masalah Baru

    Hadirnya teknologi online memang memudahkan kita dalam segala hal termasuk dalam transportasi. Kapanpun kita butuh bepergian tinggal tekan gadget lalu nangkring di atas kendaraan kemudian sampe ke tempat tujuan. Bahkan saat kita males ngomongpun kita akan tetap sampe tujuan gak perlu nanya ini itu toh alamatnya udah jelas tertera dalam mesin aplikasi. Pun demikian kalo kita laper raih gadget, selesai urusan. Gak sampe 10 menit makanan udah siap disantap. Anter paket? Bisa! Asisten belanja bulanan? Ayok! Anter ke pelaminan? Tunggu :(

   Tapi apa ini bener bener sebuah solusi? Benarkan kepraktisan ini membawa manfaat bagi banyak orang? Tentu saja bagi pengemudi dan pemakai jasa merasa terbantu dengan adannya terobosan baru ini. Tapi benarkah tidak ada satupun pihak yg dirugikan? Tidak ada satupun orang yg tergencet bahkan tersisih dengan sistem ini? Mari kita lihat kenyataanya.

   Suatu hari saya naik angkutan umum dr Fatmawati menuju Pondok Labu. Untuk ukuran di jam sibuk angkot ini lumayan sepi. Iseng iseng saya ngobrol ngobrol sama supir, lagipula sepi ini. Dari penuturan sang supir, hadirnya angkutan online bener bener menggerus jumlah penumpangnya. Jumlahnya yg ribuan serta didukung sistem aplikasi canggih membuatnya mati kutu jika harus bersaing secara head to head. Untuk menutupi setoran saja mereka harus ngepot sana ngepot sini, belom lagi pungutan liar sono sini, dari preman jalanan maupun preman berseragam. Kalo kalian berpikir angkutan umumlah yg bikin penumpang lari ke armada lain karena ketidaknyamanannya, mungkin kalian lupa bahwa kita tinggal di Indonesia. Indonesia ini negara ke3 dan memang belom layak mendapatkan kenyamanan. Jangankan kenyamanan, semua warganya bisa makan cukup saja udah bagus ngomong masalah nyaman. Ini gak adil bagi sebagian bahkan banyak saudara kita yg lain. Ojek pangkalan, supir taksi, supir angkot, perusahaan jasa anter paket dan tentu saja semua sopir berbasis angkutan umum. Ojek pangkalan bener bener nyari makan dr ngojek. Sedangkan ojek online banyak yg karyawan berangkat pulang bawa penumpang hanya sekedar sampingan. Sopir angkot menggantungkan hidupnya benar benar dr selisih uang setoran dan BBM. Sedangkan supir GrabCar memang mereka yg sudah punya mobil dari pada nganggur, ya lumayanlah nambah nambah. Mereka sudah punya gaji tetap tapi lha dr pada pulang nganggur mending ngambil penumpang. Hanya sambilan untuk nambah nambah. Apa ini salah? Enggak, secara prosedur tidak ada yg di langgar. Secara etika bisnis tentu saja tidak fair. Angkutan dikenakan pajak, uji KIR, regulasi ketat ini itu ribet. Sementara angkutan online tidak. Sederhanya ankutan online mendapatkan kewenangan dan hak sama dengan angkutan umum namun tidak dikenakan kewajiban dan rumitnya regulasi seperti ankutan umum. Menjalankan fungsi ankutan umum namun bukan angkutan umum.

    Di sini Pemerintah abai tidak mengambil kebijakan regulasi yg jelas dan membiarkan angkutan online berada di wilayah abu abu. Pemerintah membiarkan Angkutan umum dan Angkutan online bertarung secara terbuka di medang perang. Pemerintah membiarkan gesekan ini berkembang di jalanan. Harusnya ini bisa diprediksi jauh jauh hari bahkan ketika angkutan online baru lahir. selalu saja Pemerintah kebakaran jenggot ketika apimasalah sudah terlanjur besar. Dari awal bahkan saya yakin aplikasi ojek online tidak akan berenti di situ. Saya yakin akan berkembang ke kendaraan roda empat. Membiarkan angkutan online terus berkembang sama saja Pemerintah menciptakan mahluk bernama kanibal. Siapa kuat dia yg menang tanpa peduli salah atau benar. Lagipula ini bertolakbelakang dengan semangat pemerintah untuk mendorong warganya menggunakan angkutan umum. Menjadikan angkutan pribadi sebagain angkutan umum sama sekali tidak benar apapun alasanya. Karena dari fungsi, regulasi dan Undang Undang lalu lintas jelas melanggar hukum. Kalo masih ada orang yg beralasan ini demi untuk bisa makan, asal tau saja semua orang juga nyari makan. Dan jika alasan perut orang boleh melanggar peraturan, apa gunanya peraturan? Toh semua orang butuh makan!

No comments:

Post a Comment