Thursday, December 24, 2015

Kenapa Harus Punya Asuransi?

   Asuransi? Apa yg pertama kali muncul di kepala saat saya sebut kata asuransi? Payung? Orang orang berpakaian rapi? Atau bulu kuduk yg merinding? Serta sterotipe buruk tentang asuransi yg hanya kita dengar dr mulut ke mulut. Dan saya yakin belum tentu kebenarannya. Sejatinya asuransi lahir untuk mengurangi resiko yg terjadi dalam kehidupan kita. Iya, hidup kita penuh resiko. Sakit, kecelakaan, kebakaran, banjir, bencana alam, dan umur pendek. Iyak, umur pendek termasuk resiko yg dapat menimpa siapapun. Kita tau berapa jumlah orang meninggal setiap harinya akibat serangan jantung. Setiap 20 detik terjadi 1 kematian akibat serangan jantung (sumber: National Geographic). Ngeri memang, tapi itulah faktanya.

   Bagaimana prinsip kerja asuransi? Begini, perusahaan asuransi mengumpulkan premi dari semua nasabah dan mengelolanya. Saat nasabah mengalami satu dari resiko yg diasuransikan maka perusahaan akan membayarkan sejumlah uang sesuai dalam perjanjian yg tertera dalam polis. Sama halnya seperti hukum gotong royong bukan? Uang yg terkumpul akan diberikan kepada mereka yg terkena musibah secara bergantian dan atau bersamaan.

   Bagaimana kalo kita tidak punya asuransi? Saya ambil contoh begini, Pak Budi adalah seorang kepala rumah tangga yg berpenghasilan cukup. Setiap bulannya bahkan pak Budi mampu menyisihkan 3 juta untuk ditabung. Tujuannya adalah untuk biaya pendidikan anaknya ketika masuk kuliah dan sisanya tentu saja buat pensiun. Pak Budi gak pernah terpikir untuk punya asuransi, menurut Pak Budi dia masih muda dan sehat sehat saja bahkan tidak pernah sekalipun dirawat di rumah sakit. Saat tabungan Pak Budi masuk di usia tahun pertama tiba tiba Pak Budi merasakan sakit yg luar biasa di bagian dadanya. Setelah cek up di rumah sakit ternyata terkena sakit jatung dan dokter meminta Pak Budi menyiapkan dana 200 juta untuk biaya pengobatan. Dari mana uang sebanyak itu sedangkan tabungan Pak Budi baru 36 juta? Apapun akan kita lakukan demi kesembuhan orang tercinta. Jual rumah? Apa boleh buat kalo itu bisa membuatnya sembuh. Dengan segala usaha ternyata Pak Budi  sembuh meski dokter melarang Pak Budi untuk bekerja kembali. Dan Pak Budi ternyata memang tidak kuat untuk bekerja lagi. Bagaimana kelanjutan keluarga Pak Budi setelah kejadian ini? Iyak, istrinya menggantikan posisi pak Budi sebagai tulang punggu keluarga. Rencana pendidikan anaknya gagal, rencana pensiun menikmati hasil tabungan berantakan. Sedih bukan?

   Bandingkan dengan keluarga Pak Andi. Dengan jumlah gaji yg hampir sama Pak Andi juga mampu menabung 3 juta per bulannya. Tapi Pak Andi sadar betul kalo kehidupan ini penuh resiko dan bisa datang kapanpun tanpa kita tau. Akhirnya Pak Andi menabung 3 juta di perusahaan asuransi yg terpercaya. Pada saat yg sama di usia tabungan Pak Andi masuk usia tahun pertama ternyata Pak Andi divonis dokter sakit kanker dan diminta dokter menyiapkan aung 200 juta untuk biaya berobat. Berita baiknya, Pak Andi punya asuransi yg mencover penyakit kanker. Jadi Pak Andi dan keluarganya tenang karena perusahaan asuransi yg akan membayar semua biaya rumah sakit. Meskipun tidak mampu menghilangkan kesedihan karena orang tercinta sakit, tapi paling tidak keluarganya tidak lagi dipusingkan dengan mahalnya biaya rumah sakit. Setelah berobat ternyata Pak Andi tidak dapat sembuh total dan diharuskan bedres sehingga tidak bisa bekerja lagi. Bagaimana tabungan Pak Andi? Sesuai perjanjian tabungan Pak Andi akan dibayarkan oleh perusahaan asuransi sampai usia pak Andi 65 tahun. Enak bukan? Meskipun Pak Andi tidak mampu bekerja namun tabungannya terus jalan sampai usia 65 tahun. Artinya rencana pensiun Pak Andi tetap berjalan sesuai rencana dan pendidikan anaknya tetap tercapai meskipun ayahnya sakit dan tidak mampu bekerja.

   Nah seperti itu konsep asuransi dan bagaimana kita menyiapkan rencana masa depan. Pahami setiap asuransi yg akan anda pilih. Pelajari betul betul pasal pasal yg tercantum dalam buku polis. Konsultasikan dengan seksama kebutuhan asuransi seperti apa yg mau kita pilih dengan agen asuransi. Asuransi itu menyenangkan kok, cuma asuransi yg mau menolong kitas saat terkena musibah. Setau saya TIDAK ADA ORANG YANG BANGKRUT KARENA ASURANSI, JUSTRU BANYAK ORANG BANGKRUT KARENA TIDAK PUNYA ASURANSI !!!

Untuk asuransi terbaik anda hubungi saya: 

PURWANTO
Telp            : 081389757008
WhatsApp  : 081389757008
Facebook   : Purwanto Antok Sungkono
Twitter        :  @antok_0901
Instagram   : PURWANTO0901

Wednesday, December 2, 2015

Musibah? Gak Mungkinlah!!

   Beberapa lalu saat gue pulang kampung, banyak pengalaman yg gue alami. Iya pulang kampung kemaren adalah pulang kampung terlama gue. Baru kali ini gue bisa pulang kampung selama ini. Saking lamanya keiteman gue naik 50%. Tunggu, bukannya gue emang item? Ya udahlah ya, gak penting juga buat kemajuan Indonesia. Eh ini apa ya? Oke balik ke topik. Banyak pengalaman menyenangkan saat pulang kampung kemaren. Tapi ada kejadian menyedihkan terjadi yg sampe sekarang gue inget betul bahkan menutupi pengalaman menyenangkan gue. Otak memang aneh, lebih gampang buat inget sedih dari pada seneng. Bener banget, ada musibah yg sama sekali gak terduga menimpa keluarga gue, tepatnya paman gue. Gue mau bagi di sini karena menurut gue kita bisa mengambil pelajaran berharga yg dialamin paman. Iya, dari kejadian terburukpun sebenernya ada hikmah yg bisa kita ambil. Gue percaya akan hal ini. Saat itu gue bener bener sedih karena merasa gak bisa berbuat banyak untuk bantu dia.

   Nah jadi ceritanya gini, sore itu paman dapet undangan buat hadir di kawinan kerabatnya yg kebetulan tinggal di lain desa. Letaknya gak jauh sih, tapi bukan berarti deket juga, kira kira 5 kilometer dari desa kami. Karena relatif deket paman sama istri ngajak putrinya paling bontot dan bawa motor. Perjalanan baik baik saja sampe dimana rombongan yg semuanya pake motor sudah sampe rumah sementara paman gak juga keliatan. Entah kenpa paman bisa tertinggal dari rombongan dan rombongan bisa meninggalknnya. Akhirnya telepon bunyi dr petugas sebuah rumah sakit besar di kabupaten kami, paman dan keluarga mengalaami kecelakaan. Sedang ditangani tim medis dan segera dilakukan tindakan operasi diharapkan keluarga dateng. Badan tiba tiba gemeter, darah panas rasanya mengalir lebih cepet ke ujung kaki dan kepala. Tambah gak karuan begitu inget ketiganya gak pake helm. Oh Tuhan, apalagi ini?

   Sampe di rumah sakit tangis ibu dan nenek pecah, semua orang menatap nanar ke arah tiga ranjang yg saling berdampingan. Hanya si kecil yg sadar dan menangis. Entahlah, karena kesakitan atau ketakutan melihat orang sebanyak itu dan saling menjerit. Ini gak bagus, akhirnya gue gedong si kecil keluar dan meminta perawat untuk merawatnya di ruang terpisah. Keduanya penuh perban, paman menderita luka paling parah. Wajahnya penuh perban, hanya menyisakan hidung dan mulutnya sementara tulang selangkanya patah dan harus segera dioperasi. Istrinya cidera di bagian kepala belakang, lehernya dipasang sebuah alat penopang untuk menghindari goncangan, sisanya dia seperti orang begog yg gak inget apa apa.

   Gue pergi ninggalin ruangan, entahlah akhir akhir ini gue gampang sekali terharu. Merinding bukan maen, gak kuat. Di pojokan sebuah kantin gue isep dalem dalem sebatang rokok yg baru saja gue bakar. I don't know, gak seenak biasanya. Gue matiin, gue injek daalem dalem. Sebagai agen asuransi gue merasa gagal. Gue gagal menyakinkan paman gue sendiri tentang pentingnya asuransi. Gue gagal. Tiga bulan sebelom musibah ini, gue sempet mendatangi paman, membagi dan menjelaskan kenapa orang harus punya asuransi. Membagi sebuah program perencanaan masa depan dan menyadarkan dia betapa manusia dekat dengan musibah, sangat dekat. Sudah terlambat, sejujurnya gue gak mau paman gue termasuk mereka yg kurang beruntung. Gak mau orang terdekat mengalami musibah, apalagi mendapat musibah tanpa punya asuransi apapun.

  Udah 2 bulan berlalu dr kejadian itu. Paman sudah sembuh meski masih berada di atas kursi roda.  Bibi sudah bisa menjalankan aktifitas sehari hari, meski kini dia yg menggantikan posisi kepala rumah tangga sekaligus tulang punggung. Semua tabungan ludes untuk berobat. Tabungan buat anak sekolah, tabungan emas juga gak ketinggalaan. Ada harga yg harus dibayar untuk sebuah kata sehat dan itu gak murah. Musibah adalah kejadian yg semua orang gak pengen ngalamin, termasuk gue. Tapi bisa gak kita mastiin diri kita bukan termasuk dari mereka yg kurang beruntung? Musibah mungkin bisa dateng kapanpun tanpa kita sadari. Tapi mempersiapkan segala sesuatu bahkan sebelom kemungkinan terburuk itu terjadi adalah bentuk kebijaksanaan dan wujud nyata kita mencintai bagian terpenting dalam hidup kita. Tepat, kehidupan setelah musibah terjadi adalah yg paling penting. Kelansungan kehidupan keluarga kita tetap berjalan semestinya setelah musibah menimpa adalah tujuan orang berasuransi. Bayangkan, paman harus memulai dari nol untuk membangun ekonomi keluarga. Berita buruknya paman sudah gak seproduktif dulu ketika sehat. Paman di kursi roda, sulit rasanya menyakinkan perusahaan atau orang sekalipun untuk menerimanya bekerja.

                                                                                            Jakarta, 3 Desember 2015